Senin, 16 April 2012

kuantan singingi


SUMPAH SERATIH
By. Mulfransware Yusda
Sumpah Seratih itu ditawarkan oleh Rebung Muda, tak lain adalah Gadis Tanaku itu. Ia menawarkan sebuah konsep kepada Datuk Penghulu, Rebung muda mengadakan “Sumpah yang kita akan kita kukuhkan, bukanlah sumpah antara pribadi Ali Gepar dengan saya, namun sumpah yang akan diikrarkan adalah merupakan sumpah antara Suku Tanaku dengan anak cucu kemenakan yang berada dalam kampung berpenghulu, bermonti berdubalang,” (Rantau Kuantan). Adapun twaran itu :
1.    Bahwa kami orang Tanaku, jangan sekali kali dijantani. Hal itu pantang bagi kami, mulai dari nenek moyang dan sampai sekarang ini, yang selalu berlaku dari dahulu sampai akhir zaman.
2.    Kalau berada dalam hutan belantara, sekali kali jangan membersihkan periuk di hulu sungai.
3.    Kalau membelah kayu dengan menggunakan baji, jangan sekali kali bajinya ditinggalkan terjepit pada kayu itu.
4.    Jaga menjaga keselamatan. Artinya kalau ada anak cucu dan kemenakan yang mandi dalam hutan jangan betelanjang bulat, pakailah basahan (pakaian mandi).
5.    Kalau kehujanan dalam hutan, sekali kali jangan mempertudung daun torok. Itu pesan nenek moyang kami sejak lama.
6.    Kalu dikampung masing-masing pakailah adat masing-masing. Tapi kalau anak cucu serta kemenakan berada dikampung orang pakailah adapt dmn kita berada.
7.    Kita sudah merupakan satu keluarga yang bersaudara akan saling malu memalui, jangan bercakap sombong dalam hutan. Seperti mematahkan kayu tanpa alat.

Siapa yang melanggar dan melangkahi janji atau ikrar dan sumpah serati ini, maka sumpah serati berlaku padanya.” Kemudian Datuk Penghulu yang berempat menetapkan daerah hukum berlakunya sumpah seratih itu;
1. Selatan berbatas dengan Titian Modang Rimbo Berkuak
2. Timur berbatas dengan Sungai Teso
3. Barat berbatas dengan hulu Sungai Teso, Kampung Durian, Gunung Sahilan.
4. Utara ke Bukit Timbunan Tulang dan Batang Kering.


Disamping larangan yang tujuh, dibuat pula suatu persetujuan. Yaitu untuk kemakmuran Negeri Tanaku, seandainya ada bayi yg lahir karena hubungan tanpa nikah antara anak cucu kemenakan. Maka bayi itu adalah hak Orang Tanaku, seperti:
- Tua anak dari bapak
- Tercampur sulbi orang lain, selain suami (berbuat zinah)
Kalau sesat dalam hutan rimba orang tanaku akan mnunjuki jalan yang benar dengan cara menggarut jalan yang akan dilalui. Sendainya tertidur dalam hutan, Orang Tanaku akan membangunakan dengan pekikan beruntun. Sumpah seratih diikrarkan.

kuantan singingi


Asal-Usul Nama Kukok
By.mulfransware yusda

Sebelum agama Islam masuk ke daerah Cerenti, dan begitu juga para penduduknya belum ramai, ada di antara penduduk Komang Patah yang berburu ke hutanh Kukok pada waktu itu belum ada namanya dan baru disebut oleh para penduduk kampung Cerenti ialah dengan nama hutan saja.
Dan begitu juga keadaan hutan Kukok, tentang sungainya belum serupa dengan keadaan sekarang, hanya baru merupakan suatu tempat air lalu ke hilir.
Setelah sampainya mereka di daerah tersebut, kemudian mereka melihat sebuah kotak yang hanyut dari hulu.
Di antara mereka bertanya-tanya, apa yang ada di dalam kotak itu. Selanjutnya pula kotak itu menuju ke arah mereka. Tetapi anehnya kotak tersebut bahwa di waktu ia berjalan di bawa arus air, bumi dan juga tepi sungai berkuak atau bertambah lebar.
Karena mereka ingin tahu juga apa yang sebenarnya di dalam kotak, maka ia mencoba merenangi kotak itu, sehingga kotak tersebut dapat dibawanya ke tepi. Dan di waktu mereka membuka kotak itu, tiba-tiba mereka menjerit karena kaget sebab di dalam kotak berisi sesosok tubuh bayi yang telah menjadi mayat.
Dengan hal demikian, kata-kata yang diucapkan di antara mereka, tiak tepat pada kalimatnya lagi. Yang mana ia hendak meyebut pegang mayat itu, atau kakok mayat itu hendak dikeluarkan maksudnya, karena saking gugupnya kata-kata kakok, terucap “ku...kok”. Pada waktu itu hutan Kukok disebut dengan hutan Kakok. Tetapi setelah bertahun-tahun lamanya, disebut Kukok.
Mengenai halnya kotak tersebut, adalah seorang manusia yang tidak mempunyai ayah atau anak jadah. Daerah yang dilalui oleh kotak itu sejak dari muara sungai hingga sampai ke muara Batang Peranap.
Menurut cerita dari orang tua-tua, pada waktu nenek moyang masih memakan masak mentah, terjadi suatu yang keji yang mana halnya bahwa paman kandungnya berbuat maksiat dengan seorang gadis kemenakannya sendiri, sehingga sampai mengandung.
Pada waktu anaknya lahir, anak tersebut dihanyutkan ke sungai dengan suatu alat tempat, ialah kotak. Beberap hari bayi itu hanyut, dan juga dimana sungai yang dilaluinya, sungai tersebut atau hutan yang dilaluinya itu tetap berkuak atau menhelak. Sebab hutan dan daerah itu tidak mau menerima bayi tersebut.
Sewaktu para penduduk menjumpai di sungai Kukok, kotak yang berisi bayi itu terus ke hilir hingga sampai ke Batang Peranap dan tenggelamdi daerah itu. Mengenai jalan yang diikutinya, bukan di Sungai Kuantan. Hanya jalan yang diikutinya itu adalah di dalam hutan. Hutan itu sejak dari Kuala Lubuk Ramo, terus ke daerah Cerenti, dan akhirnya sampai ke Batang Peranap.
Sebagai bukti cerita dari orang tua-tua, bahwa sungai yang dilalui kotak itu sampai saat sekarang masih ada, yaitu Sungai Kukok. Mengenai Sungai Kukok itu, semenjak dari pantai Lubuk Ramo, dan sampai perbatasan Peranap dinamakan Sungai Kukok atau dinamakan Hutan Kukok dan daerah Kukok.


kuantan singingi


Si Mikin
(cerita anak durhaka dari kuantan singingi)
By. Mulfransware Yusda
Cerita ini diangkat dari cerita rakyat Rantau Kuantan. Namun, ditulis berdasarkaan fiktif belaka. Penulis mendapatkan cerita dari seorang narasumber yamg benama Samsia, menurut Samsia cerita ini ia dapatkan dari ibunya yang bernama Intan, dan Intan juga mendapatkan cerita ini dari ibunya. Begitulah seterusnya cerita ini telah diwariskan secara turun-temurun dari ibu ke anak.
Dahulu kala di Rantau Kuantan, di kenegrian yang bernama Inuman, tepatnya di Si Buayo atau yang juga dikenal dengan lubuak Si Payuang. Disinilah tersebutnya kisah Si Mikin. Si mikin yang telah lama di tinggalkan ayahnya, ia hanya hidup dan tinggal bersama ibunya, kehidupan mereka sangat susah. Ibunya hanya berkerja menampi beras orang dan bisanya mendapat upah secupak (setara dengan ¼ tekong) dari tapian tersebut.
Suatu hari Si Mikin berteriak memanggil-manggil ibunya.
 ‘’ omak, , , omak. . .” ujar si mikin.
 Lalu ibunya menjawab ‘’  apo lei lei nak bujang omak’’.
Sambil menunduk Si Mikin menjawab “Mikin ingin poi marantau mak , siapo sangko je omak rak, iduik di nagori urang bisa mandatangan rasoki”.
Setelah mendengar perkataan Si Mikin tersebut , ibunya berusaha untuk mencegah si mikin untuk pergi merantau, namun Si Mikin tetap bersikeras ingin pergi merantau, akhirnya ibunya terpaksa mengizinkan Si Mikin pergi.
Berbekal limpiang bore ( kerak nasi) berangkatlah si mikin ke negeri seberang.
“ kayua la kayua , uwik den uwik, luan manuju tobiang suborang...’’  
Setelah si mikin lama merantau dan tak tau di mana berada. Terdengarlah kabar bahwa simikin telah kembali. Mendengar berita tersebut ibunya lansung pergi ke sibuayo tempat di mana kapal-kapal berlabuh di masa itu. Setelah sampai di si buayo ibunya melihat si mikin berdiri di atas kapal. Tetapi si mikin bukan lagi si mikin melainkan si kaya. Si Mikin yang dulu ramah kini menjadi angkuh dan sombong.
Sambil berteriak ibunya manggil si mikin
“ mikin... mikin... iko omak nak...”

Tekejutlah  si mikin mendengar kata-kata tersebut, dengan perasaan yang gugup si mikin menjawab..
“ iko omak po mak,,, ndak ah, omak den mudo lei,,, indak tuo macam ko re,,, poi manjawuah dari tobiang ko, sabolun di sipak,,,”
Mendengar perkaataan anaknya tersebut, mengalir lah air mata sang ibu,,, dan kembali berkata...“ iyo nak, iko omak... ang la lamo poi marantau,,, jadi ndak mungkin omak mudo macam dulu lei..”
Namun dengan kerasnya si mikin mebantah“ indak,,, kau indaklah omak den,,, poi dari siko...” lalu si mikin memerintahkan pengawalnya untuk memutar haluan kapal, dan segera pergi hendak menuju kuala indragiri.
Melihat hal tersebut ,,, dengan perasaan sedih, sambil menangis keluarlah kata-kata dari mulut ibu si mikin.“ iyo ang kan poi po nak,,, kalau iyo jadilah ang olang soghak... biar omak jadi buayo,,,”.
Setelah ibu si mikin berkata demikian, angin ribut bertiup kencang, gelombang semakin kuat yang membuat tenggelamnya kapal si mikin.
Setelah kejadian tersebut sering terlihat seekor burung elang yang terbang kesana-kemari di atas bekas tenggelamnya kapal si mikin, penduduk sekitar percaya bahwa elang tersebut adalah si mikin yang disabut dengan (olang soghak). Apabila air sungai kuantan surut,akan terlihat lipatan-lipatan kain, dan beberapa buah batu yang menyeripai payumg yang  dipercaya isi dari kapal si mikin. Oleh kare itu si biayo juga di kenal dengan lubuak si payuang.

Syair Si Mikin
Tasobiklah dimaso dulunyo
Disibuayo tompeknyo
Lubuak si payuang subuiktannyo
Di desa banjar nan tigo

Disiko Kuantan olun banamo Kuantan
Disiko Inuman olun banamo Inuman
Limpato nan tasobuiktan
Ikolah kisahnyo mari kito dongarkan

Si mikin poi marantau
Ondak majalang sabuah pulau
Marubah iduik nan kacau
Maapuih maso nan la lampau

Dek sorik iduik di kampuang
Dek sompik adonyo untuang
Nyo cubo balayar dari sabuah tanjuang
Ondak malapamgan sompiknyo untuang

Dek jawuahnyo marantau
Mungkin ka mudiak ka minang kabau
Ntah ka ulak ka jarojau
Tinggalah omaknyo jo ati risau

Di ulaknyo indragiri
Di midiaknyo kuantan singingi
Mangonang anak nan lapoi
Batal bapoluak nyo tangisi


Mangonang anak nan lapoi
Omaknyo torui manangi
Banyiak potang bayiak pagi
Itulah karojonyo saban ari

Sapulangnyo si mikin dari rantau
Indak mangonal omaknyo maimbau
Ndak ingek akan maso lampau
Mambuek ati omaknyo batamba kacau

Si mikin pulang dengan istrinyo
Kininyo manjadi urang kayo
Indak mangonali akan omaknyo
Jadilah enyo anak duroko

Ulah si mikin anak duroko
Kutuakpun tibo dari omaknyo
Olang sorak akan ruponyo
Si buayo yang manjadi saksinyo

Munkin carito sampai disiko
Jikok salah borilah mo’o
Dihadopan kito basamo
Abiaklah hikmah nan ado

Minggu, 15 April 2012

Kuantan Singingi


Asal mula nama Pincuran Sakti Rajo Gumoriang
( Putri Lindung Bulan)
Oleh   : Mulfransware Yusda
Nim     : 0905113963

Jika kita melihat riwayat Kuantan Singingi, maka dapat kita urutkan kerajaan yang pernah ada di Rantau Kuantan. yakni Kerajaan Kandis (abad ke-12) di Padang Candi Koto Lubuk Jambi (Kecamatan Kuantan Mudik sekarang), Kerajaan Kuantan (abad ke-13 M) Koto Kari, Sintuo/Seberang Taluk sekarang. Kerajaan Kuantan dengan Raja Sang Sapurba.
Kerajaan Rantau Kuantan Nan kurang Oso Duo Pulua dipimpin oleh  dua pembesar yakni Datuk Perpatih dan Datuk Katumanggungan (Datuak Ongguang). Namun, dalam kepemimpinan mereka, tentunya tidak terlepas dari kepiawaian para datuk dan orang godang yang menjadi keramat bagi Rantau Kuantan hingga sekarang. Seperti: Datuk Bandaro Lelo Budi, Datuk Pobo,Datuk Simambang, Datuk Muranso, Datuk Baromban Bosi, Datuk Timbang Tali,  Datuk dano Sinkaro, Datuk Bisai, Datuk Dano punto, Datuk Paduko Rajo, Puti Reno Intan, dan lain-lain.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  
Selain beberapa kerajaan di atas masyarakat Kecamatan Benai percaya bahwa  dahulunya di Benai terdapat sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Ompek Koto Benai yang diperintah oleh Sutan Benai (Raja Kerajaan Ompek Koto Benai) yang sekarang disebut sebagai nenek moyang dari suku Paliang Soni yang ada di Kecamatan Benai. Kebenaran akan hal ini bisa dilihat dari peninggalan baju barantai Sutan Benai.
Kerajaan Ompek Koto Benai memiliki wilayah kekuasaan yang meliputi kenegerian Simandolak, Teratak Air Hitam, Benai, dan Siberakun yang berbatasan langsung dengan Kerajaan Sungkek Tunggal (Provinsi Jambi) yang perintahi oleh Rajo Gumoriang.
Di Kerajaan Ompek Koto Benai terdapatlah seorang Putri yang bernama Putri Lindung Bulan. Putri Lindung Bulan merupakan anak kesayangan dari Sutan Benai. Putri Lindung Bulan terkenal dengan kecantikannya. Banyak raja dan para putra mahkota kerajaan tetangga yang suka dan mencintai Putri Lindung Bulan. Salah satunya raja dari Kerajaan Sungkek Tunggal yakni Rajo Gumoriang yang terkenal dengan kekejaman dan kesaktiannya.
Rajo Gumoriang menyukai dan sangat mencintai Putri Lindung Bulan. Suatu hari Rajo Gumoriang datang ke Koto Benai untuk melamar Putri Lindung Bulan. Namun, lamaran Rajo Gumoriang langsung ditolak oleh Sutan Benai. Selain Putri Lindung Bulan dan Rajo Gumoriang  terpaut usia yang sangat jauh, alasan penolakan itu juga dikarenakan  kekejaman Rajo Gumoriang yang membuat Sutan Benai tidak suka.
Penolakan ini membuat Rajo Gumoriang merasa terhina dan kecewa terhadap sikap Sutan Benai. Suatu malam Rajo Gumoriang memerintahkan anak buahnya untuk menculik Putri Lindung Bulan dari kerajaannya.  Penculikan itupun berhasil.
Keesokan harinya Negeri Ompek Koto Benai digemparkan oleh berita hilangnya Putri Liduang Bulan. Sutan Benai dan para monti, dubalang, serta para  prajurit telah mencari kemana-mana. Namun, hanya ada satu petunjuk yang didapat. Petunjuk itu menyatakan bahwa Putri Lindung Bulan diculik oleh Rajo Gumoriang dan dibawa ke Sungkek Tunggal.
Menanggapi hal ini Sutan Benai mengajak para datuk dan urang godang Negeri Ompek Koto berkumpul di rumah godang Koto Benai untuk mencari cara menjemput Putri Lindung Bulan. Akhirnya, disepakati bahwa Putri Lindung Bulan akan dijemput oleh para dubalang, yakni: dubalang Pengkar dari Siberakun, Dubalang Itam dari Simandolak, Dubalang Puti Pati Soni Benai, Dubalang Tangan Godang dari Teratak Air Hitam. Mereka dikenal dengan dubalang Ompek Koto dan terkenal sebagai pandekar Keramat Silat Rantau Kuantan (silat siberakun).
Pada malam hari, para dubalang ini mulai berangkat ke Sungkek Tunggal, setelah sampai di sana mereka  meminta secara baik-baik kepada Rajo Gumoriang agar Putri Lindung Bulan segera dikembalikan. Namun, Rajo Gumoriang lansung menyuruh ular peliharaannya menyemburkan api ke arah para dubalang itu. Dengan sigapnya Dubalang Tangan Godang menangkis api itu dengan telapak tangan saktinya. Melihat hal ini Rajo Gumoriang tercengang. Ia tidak menyangka serangan ular itu akan mampu ditangkis oleh Dubalang Tangan Godang. Dengan kecepatan dubalang Pengkar berubah melenting  seperti udang di pinggir sungai dan kemudian menghantam kepala ular itu. Setelah lama bertarung ular itu pun mati.
Dubalang Puti Pati Soni dan dubalang Hitam berusaha menangkap Rajo Gumoriang. Setelah terjadi pertarungan sengit barulah Rajo Gumoriang berhasil ditangkap. Dubalang Tangan Godang mengangkat Putri Lindung Bulan yang sedang menangis. Akhirnya para dubalang itu membawa Putri Lindung Bulan dan Rajo Gumoriang ke Koto Benai.
Setelah sampai di Koto Benai mereka disambut dengan gembira oleh masyarakat negeri Ompek Koto Benai. Sutan Benai merasa senang melihat putrinya kembali dengan selamat dan langsung menyuruh dayang-dayang mengantarkan Putri Lindung Bulan ke kamar untuk beristirahat. Kemudian Sutan Benai membawa Rajo Gumoriang ke tepi sungai Kuantan.
Sebagai Raja yang bijak. Sutan Benai menanyakan hukuman apa yang diinginkan oleh Rajo Gumoriang untuk menebus kesalahannya.   ”Hukuman apa yang engkau mau, jika maaf yang kau pinta, maaf pun akan kami beri” tanya Sutan Benai.
Lalu Rajo Gumoriang menjawab ” Pantang bagi hamba meminta maaf. Sebab di negeri ini yang bersalah haruslah dibunuh, yang berlaku curang harus dihukum. Sebab orang jatuh karena panjatnya, orang hanyut karena renangnya. Jadi hanya satu yang hamba minta. Kutuklah hamba menjadi sebuah pincuran air, agar kelak air yang mengalir ini bisa menjadi minum dan makan masyarakat Ompek Koto Benai, mudah-mudahan dengan begitu berkuranglah dosa-dosa hamba”.
Mendengar ucapan itu dengan suara yang keras Sutan Benai berkata “ Jika itu yang kau mau, maka jadilah engkau sebuah pincuran”, dengan sekejap mata terlihatlah sebuah pincuran air di pinggir Sungai Kuantan. Pincuran ini sekarang dikenal dengan Pincuran Sakti Rajo Gumoriang.
Bagi masyarakat Rantau Kuantan nama tepian “Pincuran Sakti Rajo Gumoriang” mungkin tidak asing lagi. Hal ini dikarenakan setiap satu tahun sekali di tepian ini selalu diadakan acara Pacu Jalur Rayon 2 untuk Kecematan Benai. Nama Pincuran Sakti juga dibesarkan oleh nama sebuah jalur yang berasal dari Pasar Benai. Berdasarkan hal inilah penulis mencoba menceritakan asal mula nama Pincuran Sakti Rajo Gumoriang. Namun, cerita ini dituliskan dalam bentuk fiktif belaka.

                                  <<<<<<Sekian >>>>>


















Riwayat Hidup Penulis



Description: E:\FOTO\M&N_ Çhy månîz ådx¤\Ambo.jpgLahir di Ujung Tanjung pada tanggal 02 November 1990, bernama Mulfransware Yusda, anak dari pasangan Yusma Hanim dan Azub  Daus. Ia merupakan anak bungsu dari lima bersaudara yaitu Eka Sri Yusda, Sri Marta Yusda, Widya Yusda dan Adek Ananda Yusda. Dikeluarganya, ia dikenal dengan seorang anak yang selalu hidup mandiri karena, ia tidak suka meminta dan tidak suka jika diberi sesuatu.

Pendidikan :
1.      TK Pertiwi (Indragiri Hulu)
2.      SDN 031 Gunung Kesiangan - SDN 032 Banjar Lopak (Kuantan Singingi) 2003
3.      SMPN 006 Banjar lopak- SMPN 001 Enok (Kuantan Singingi-Indragiri Hilir) 2006
4.      SMAN 001 Enok (Indragiri Hilir) 2009

Tahun 2009-Sekarang, Ia melanjutkan pendidikannya  di Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitsas Riau.